KAWRUH BUDI

Kawruh Budi

 

Eyang Sabdopalon seperti yang tertulis dalam Jangka Sabdo Palon, datang menyebarkan Kawruh Budi.

Kawruh Budi tidak berhubungan dengan agama tertentu.  Kawruh Budi adalah tentang hidup spiritualitas.

Agama dan spiritualitas adalah dua hal yang berbeda, bila agama diibaratkan makanan maka spiritualitas adalah rasa kenyangnya. Bila agama menjadi sebuah komoditas maka spiritualitas adalah nilai kualitas.

 

Kawruh Budi adalah tentang laku hidup yang lebih condong kedalam pengenalan diri sendiri, hidup dalam tuntunan Guru Sejati.

Kawruh untuk mengembangkan, mengoptimalkan dan memberdayakan potensi diri berupa Rasa Pangrasa, Nalar Pikir dan Ngelmu.

 

Rasa Pangrasa dikembangkan lewat olah rasa & empati kepada sesama

Nalar dikembangkan lewat penggunaan akal pikiran dan logika kita.

Ngelmu adalah pengetahuan yang didapat lewat pembelajaran, baik secara formal di sekolah maupun informal lewat lingkungan dan komunitas.

 

Urip Anguripi

 

Tujuan pertama Kawruh Budi adalah untuk kita mampu mengatasi persoalan diri sendiri dahulu. Memayu Hayuning Pribadi. Menghidupi diri sendiri dan keluarga dengan memberdayakan anugrah rahsa, nalar dan ilmu tadi.

Dalam laku hidup spiritual dg meditasi dan matiraga, kita mungkin mendapatkan sasmita atau hal2 metafisik lain. Tapi pertama-tama itu bukan menjadi tujuan.

Dan kalaupun mendapatkannya, hal tsb adalah tuntunan Guru Sejati utk membantu menuntaskan permasalahan kita.

Setelah mampu mengatasi permasalahan sendiri, mungkin pengetahuan yang kita dapat tersebut cocok utk membantu permasalahan yg sama bagi orang lain.

Jadi yang pertama adalah untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar baru meluas.

Seperti putaran spiral yg makin membesar lingkarannya.

Lingkaran kita akan makin membesar seiring berkembangnya hidup spiritual kita.

Seiring Kawruh Budi kita.

 

Dikemudian hari, dengan berkembangnya Kawruh Budi semoga bisa ikut berkontribusi dan berperan dalam kehidupan bangsa dan negara.

Membawa Indonesia kembali ke kejayaan Nusantara.

 

Desa Kala Patra

 

Desa artinya tempat dimana kita berada (tanah air Indonesia)

Kala artinya waktu saat kita berada sekarang ini

Patra artinya keadaan atau situasi dan kondisi dimana kita berada

 

Desa Kala Patra disebut juga dengan Desa Mawa Cara,  Negara Mawa Tata.

Artinya : dimanapun,  kapanpun dan dalam situasi yg bagaimanapun hendaknya kita berpikir,  berbuat dan bertindak sesuai lingkungan kita berada (geokultural)

 

Kedatangan Eyang Sabdopalon membawa kembali “kebo bali menyang kandhange” “jawan bali jawi” orang Nusantara kembali kepada keNusantaraannya.

Memiliki arti seperti ini.

Cara hidup, budaya yg paling sesuai di Indonesia adalah cara hidup dan budaya yang sesuai dg kondisi alam & lingkungan Indonesia.

Yang adalah beriklim tropis, kaya sumber daya alam, penuh keanekaragaman hayati, suku, ras, agama dan adat kebiasaan.

Cara hidup dan budaya di padang pasir tentu sangat tdk cocok dg alam tropis Indonesia
Jadi mari kita kembali ke jati diri kita yg selaras dan harmonis dengan alam tempat kita hidup.
🙏🙏

Yg Katolik sesuai ajaran Mgr Soegijopranoto : 100 % Katolik 100% Indonesia
Yg Islam seperti warga Nahdliyin dg semangat Islam Nusantaranya

 

Semoga kita menjadi Janma Pinilih & Dipilih utk meneruskan laku Para Leluhur Agung Nusantara.

Atau setidaknya bisa menyiapkan generasi muda menyongsong kejayaan Indonesia.

 

Pamuji Rahayu

Yang Mendasar

Aku Si Kramadangsa …

Aku urip, mituhu marang uripku,

Golek pangan, sandang lan papan.

Aku manungsa, njejegake nilai2 kamanungsan,

Murubake uripku marang liyan.

Aku Indonesia, sokong adeging nagari.

Aku Jawa, ngluhurake bebuden lan kabudayan Jawa,

Selaras karo bumi kang dipidak.

Agamaku kapetung keri …

Tuwuh saka rasa sejati,

Mahanani kasusilan lan kabudayan pribadi.

PENGAMPUNAN

MENGAMPUNI…

tidak berarti sanggup melupakan,

pedihnya luka batin yang ditinggalkan..

tidak berarti akan mendapatkan keadilan,

segala sebab akibat yang ditimpakan..

tidak juga menjanjikan perubahan,

akan apa adanya diri & perbuatan..

 

MENGAMPUNI…

kekuatan yang mendamaikan,

sebuah pinta & harapan yang terus dipanjatkan..

 

 

 

 

ada saatnya bahagia – ada saatnya bersedih

    ada saatnya mendapatkan, ada saatnya melepaskan,

    ada saatnya memeluk, ada saatnya melepaskan pelukan

 

 

Bali Miwiti

geguritan dening Tomy Arjunanto

Aku ora bisa nyawang eluhmu,
dleweran netesi praupan ayu,
sumujud ing dlamakan aku njaluk pangapuramu.
Karep lan pepenginanku,
kabeh mau kanggo sliramu,
nanging mbokmenawa kegubel ing nepsu,
dadine gawe gempung susahing atimu,
sepisan maneh tak suwun agunging pangapuramu.

Wis lejara aja kendak ing ati,
Tak madeg jejer lanang sejati,
regem kenceng tangan tak kanthi,
dalan panguripan bareng mecaki.

 

Semarang, 16 September 2015

MENCARI WUJUD TUHAN

Sunan Kalijaga pernah bertapa 3 tahun di pinggir kali untuk mencari Tuhan.
Yang kala itu dicari oleh Sunan Kalijaga adalah wujud Tuhan sebagaiamana dikisahkan dalam Kitab Suci, namun yang beliau dapatkan adalah Tipaking Kontul mabur, oyoting bayu bajra, susuhing angin, galihing kangkung.
Tuhan mengatasi segala peristilahan manusia hingga oleh Simbah-Simbah terdahulu coba disederhanakan sebagai Hidup itu sendiri, dimana karena manusia hidup ia memperoleh kesadaran dapat mengenali dirinya, mencerap seluruh inderanya, timbul akal untuk melangsungkan hidupnya & mampu berkata Tuhan.
Maka sebelum ada Hidup orang Jawa berkata “Sejatine Ora Ana Apa-Apa”

Lanjutkan membaca “MENCARI WUJUD TUHAN”